Ekonomi dan Bisnis
OJK Dorong Penguatan Ekosistem Peternakan Sapi di Lampung

Alteripost Lampung Tengah – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong penguatan ekonomi daerah melalui sinergi sektor jasa keuangan dengan potensi unggulan daerah. Di Provinsi Lampung, fokus diarahkan pada pengembangan ekosistem peternakan sapi melalui dukungan perbankan dan asuransi.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyampaikan hal tersebut saat kunjungan kerja ke PT Great Giant Livestock (GGL) Lampung Tengah, Sabtu (30/8).
“Subsektor peternakan sapi memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan mengendalikan inflasi. Dengan pembiayaan, asuransi peternakan, dan pendampingan teknis, Lampung dapat semakin kokoh menjadi sentra peternakan sapi nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan,” ujar Mahendra.
Berdasarkan data OJK, penyaluran kredit subsektor peternakan sapi menunjukkan tren positif: dari Rp7,9 triliun pada 2020, naik menjadi Rp10,2 triliun pada 2024, dan per Juni 2025 telah mencapai Rp5,6 triliun.
Kunjungan tersebut turut dihadiri Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung Lili Mawarti, Kepala OJK Provinsi Sumsel Arifin Susanto, Kepala OJK Lampung Otto Fitriandy, perwakilan bank-bank nasional, Jasindo Lampung, serta mitra peternak binaan PT GGL.
Lili Mawarti menegaskan, Lampung merupakan salah satu lumbung ternak nasional dengan populasi sapi potong mencapai 820.246 ekor atau 6,98 persen dari populasi nasional. Ia juga mengapresiasi dukungan OJK dan perbankan dalam penyaluran KUR untuk sektor peternakan yang telah mencapai Rp1,13 triliun per Agustus 2025.
Sementara itu, Direktur Corporate Affairs PT Great Giant Food, Welly Soegiono, menekankan komitmen GGL dalam mengembangkan ekosistem peternakan sapi berbasis circular economy. GGL memanfaatkan hasil samping perkebunan nanas sebagai pakan ternak, mengembangkan home breeding dengan populasi 12 ribu ekor sapi, serta mendampingi peternak menjaga kualitas sesuai standar industri. Hingga 2029, GGL menargetkan kemitraan dengan 400 peternak dan populasi 4.000 ekor.
Dalam sesi dialog, peternak memberikan masukan terkait kebutuhan skema pembiayaan yang tepat, pemisahan kredit untuk penggemukan dan pembibitan, hingga dukungan offtaker dan pendampingan teknis untuk meminimalisasi risiko gagal bayar.
Melalui sinergi antara OJK, pemerintah daerah, dunia usaha, dan sektor perbankan, subsektor peternakan sapi diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi Lampung, menciptakan lapangan kerja baru, sekaligus memperkuat kemandirian pangan nasional.(*)
Ekonomi dan Bisnis
Inflasi Lampung Naik 0,16% di September, Cabai dan Ayam Jadi Penyumbang Utama

Alteripost Bandar Lampung – Badan Pusat Statistik mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada September 2025 mengalami inflasi sebesar 0,16% (mtm), berbalik dari kondisi Agustus 2025 yang mengalami deflasi 1,47% (mtm). Angka ini lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 0,21% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Lampung tercatat 1,17% (yoy), naik dibanding bulan sebelumnya 1,05% namun masih di bawah inflasi nasional sebesar 2,65% (yoy).
Penyumbang utama inflasi Lampung berasal dari kenaikan harga cabai merah (0,13%), daging ayam ras (0,12%), dan emas perhiasan (0,05%). Kenaikan harga dipicu oleh berkurangnya pasokan akibat musim panen yang berakhir, turunnya produksi DOC ayam, serta lonjakan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
Sementara itu, inflasi tertahan oleh deflasi pada sejumlah komoditas, antara lain bawang merah (-0,26%), vitamin (-0,03%), dan tomat (-0,03%), seiring melimpahnya pasokan dari sentra produksi.
Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung memproyeksikan inflasi sepanjang 2025 tetap terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1% (yoy). Namun, beberapa risiko inflasi ke depan perlu diantisipasi, antara lain:
Inflasi inti, dipengaruhi kenaikan UMP 2025 sebesar 6,5% dan meningkatnya konsumsi jelang Natal–Tahun Baru.
Volatile food, seperti potensi kenaikan harga beras akibat berakhirnya panen gadu serta dampak curah hujan tinggi terhadap produksi padi dan hortikultura.
Administered price, terkait potensi kenaikan harga minyak dunia imbas tensi geopolitik Timur Tengah.
Untuk menjaga stabilitas harga, BI bersama TPID Lampung terus memperkuat strategi 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif). Program ini mencakup operasi pasar beras, perluasan Toko Pengendali Inflasi, subsidi ongkos angkut, hingga penguatan koordinasi antar daerah dalam menjaga pasokan pangan strategis.(*)