Connect with us

Ekonomi dan Bisnis

Komitmen OJK Dalam Menjaga Stabilitas Sektor Keuangan di Tengah Pandemi

Published

on

Foto: Istimewa for Alteripost.co

 

Alteripost.co, Bandarlampung-
Sejalan dengan perekonomian daerah Provinsi Lampung yang tercatat tumbuh positif 5,03 persen (year on year) pada Triwulan II 2021 ini, perkembangan penyaluran kredit Perbankan di wilayah Provinsi Lampung juga menunjukkan pertumbuhan cukup signifikan yakni sebesar 6,34 persen (yoy) dari Rp65,92 Triliun menjadi Rp70,10 Triliun atau meningkat Rp4,18 Triliun. Secara Year to Date (Desember 2020 – Juni 2021), juga mengalami pertumbuhan sebesar Rp1,77 Triliun atau sebesar 2,58 persen.

Perkembangan yang positif ini menjaga momentum dan optimisme untuk pemulihan ekonomi di daerah di tengah pandemic covid 19 yang masih berlangsung.

Sementara kebijakan OJK berupa restrukturisasi kredit di sektor perbankan terus mengalami penurunan, yang dimulai sejak Triwulan 4 – 2020. Tercatat pada triwulan II 2021, program restrukturisasi kredit perbankan, telah diberikan kepada 65.380 debitur dengan nominal Rp6,21 Triliun, dengan perincian Bank Umum sebanyak 63.513 debitur dengan nominal sebesar Rp5,81 Triliun, menurun dibandingkan dengan posisi Desember 2020 yang sebesar Rp6,45 Triliun dengan 91.403 Debitur. Sedangkan untuk BPR dan BPRS sebanyak 1.867 debitur dengan nominal sebesar Rp398,68 Milyar, menurun dibandingkan dengan posisi Desember 2020 yang sebesar Rp422,40 Milyar dengan 2.078 debitur.

Berdasarkan data realisasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Provinsi Lampung sampai Semester 1 – 2021 tercatat penempatan dana pemerintah di bank Himbara, yang kemudian diteruskan menjadi penyaluran kredit dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di wilayah Provinsi Lampung mencapai Rp12,32 Triliun dengan jumlah debitur 322.166 debitur atau meningkat lebih dari 2 kali lipat dibanding posisi Desember 2020 yang tercatat sebesar Rp5,40 Triliun dengan 133.738 debitur.

“Sinyal positif terus ditunjukkan oleh beberapa parameter ekonomi dan keuangan utama di Triwulan II 2021, hal ini patut menjadi perhatian agar di triwulan III kita dapat mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan tetap mendukung upaya pemerintah daerah dalam melakukan percepatan belanja pemerintah, mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan meningkatkan penyaluran kredit di sector ekonomi produktif khususnya sector prioritas antara lain sector pertanian dan perkebunan” kata Bambang Hermanto, Kepala OJK Provinsi Lampung.

Untuk diketahui pertumbuhan kredit terbesar secara nominal menurut sektor ekonomi 3 teratas (yoy) adalah sektor penerima kredit bukan lapangan usaha (kredit konsumtif) sebesar Rp1,33 Triliun (naik 5,06 persen), sector perdagangan besar dan eceran sebesar Rp1,11 Triliun (naik 7,74 persen) dan sector pertanian,perburuan dan kehutanan sebesar Rp903, 12 Miliar (naik 9,84 persen).

OJK juga terus mencermati pergerakan rasio NPL Perbankan yang per posisi Juni 2021 mengalami kenaikan dibandingkan posisi sebelumnya. Tercatat rasio NPL Gross Perbankan bulan Juni 2021 mencapai 4,98 persen, sedangkan rasio NPL Netto hanya sebesar 1,34 persen.

Untuk NPL Gross menunjukkan peningkatan dibandingkan posisi triwulan sebelumnya sebesar 4,95 persen dan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,73 persen. Kenaikan NPL ini berasal dari Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta Sektor Perikanan. Potensi kenaikan NPL ini juga telah diingatkan oleh OJK selaku regulator di sector jasa keuangan dan telah jauh-jauh hari diantisipasi oleh perbankan dengan menjaga kecukupan pembentukan cadangan kerugian aktiva produktif serta lebih selektif dalam penyaluran kredit dan pelaksanaan restrukturisasi kredit.

Kinerja KUR dan Kredit UMKM Perbankan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Lampung, hingga Juni 2021 mencapai Rp3,74 Triliun kepada 111.162 Debitur atau sebesar 61,58 persen dari Target penyaluaran KUR di tahun 2021 yang sebesar Rp6,08 Triliun. Tingkat kelancaran pengembalian KUR ini sangat baik hampir mencapai 100 persen atau kredit bermasalahnya sangat kecil hanya sebesar Rp29 juta.

Diharapkan pembiayaan usaha melalui KUR bisa mendukung pengembangan sector-sector prioritas khususnya yang berbasis sector pertanian dan perkebunan.

Kredit UMKM pada Triwulan II 2021 sebesar Rp21,31 Triliun, secara year to date mengalami peningkatan sebesar 1,97 persen dengan posisi Desember 2020 sebesar Rp20,89 Triliun. Demikian juga secara year on year mengalami peningkatan sebesar 3,44 persen atau naik Rp0,71 Triliun dengan posisi Juni 2020 sebesar Rp20,60 Triliun.

Secara keseluruhan, share kredit UMKM terhadap total kredit masih mengalami penurunan dari 31,24 persen di Juni 2020 menjadi 30,57 persen di Desember 2020 dan posisi Juni 2021 sebesar menjadi 30,39 persen. OJK dan Perbankan terus mengupayakan peningkatan share kredit UMKM terhadap total kredit di Triwulan III – 2021 mendatang.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) UMKM perbankan mengalami peningkatan di Triwulan II 2021, posisi bulan Juni 2021 sebesar 3,61 persen dibandingkan posisi Desember 2020 sebesar 3,08 persen. Kenaikan NPL di sector UMKM ini berasal dari Sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, Sektor Perikanan serta Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

Kinerja sektor IKNB kebijakan stimulus restrukturisasi pembiayaan juga diberlakukan di Perusahaan Pembiayaan, sampai dengan Juni 2021 sebanyak 106.313 kontrak dengan Nominal sebesar Rp4.320 Milyar, meningkat dibandingkan dengan posisi Desember 2020 yang sebesar Rp3.905 Milyar dengan 102.787 kontrak.

Sedangkan untuk LKM, sampai dengan posisi April 2021, debitur yang dilakukan restrukturisasi sebanyak 172 Debitur dengan nominal sebesar Rp1,52 Milyar, meningkat dibandingkan dengan posisi Desember 2020 yang sebesar Rp0,95 Milyar dengan 91 Debitur.

Untuk sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB), Kinerja Perusahaan Pembiayaan di Triwulan II 2021, secara year on year mengalami kontraksi sebesar Rp536 Milyar (6,47 persen) dari posisi Juni 2020 sebesar Rp8.283 Milyar menjadi Rp 7.747 Miliar. Namun demikian, perkembangan positif terlihat pada pergerakan year to date dengan adanya peningkatan penyaluran pembiayaan sebesar Rp46 Miliar (naik 0,26 persen).

Penyaluran pembiayaan berdasarkan sektor ekonomi, masih didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor dengan proporsi sebesar 38,40 persen (Rp 2.975 Milyar). Dari sisi NPF, Perusahaan Pembiayaan posisi bulan Juni 2021 sebesar 2,79 persen, ada sedikit peningkatan dibandingkan Desember 2020 yang sebesar 2,76 persen, namun jauh membaik dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,91 persen.

Untuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM), pada posisi April 2021, secara year on year, terjadi trend positif pada 3 komponen utama LKM yaitu Total aset mengalami peningkatan sebesar 17,47 persen, Pinjaman/pembiayaan meningkat sebesar 15,04 persen, dan DPK meningkat sebesar 31,01 persen.

Sementara, rasio NPL LKM pada posisi Desember 2020 sebesar 9,78 persen meningkat menjadi 14,06 persen pada bulan April 2021. Kondisi ini lebih disebabkan LKM saat ini sangat selektif melakukan penyaluran pembiayaan dan nilai pembiayaan bermasalah juga meningkat cukup signifikan karena usaha debitur LKM yang tersegmentasi di usaha mikro kecil banyak yang terdampak pandemic covid 19. Selain itu pada sektor Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Sementara di industri asuransi, data per bulan Maret 2021, kinerja asuransi baik asuransi jiwa maupun asuransi umum yang berbasis konvensional atau syariah, kecuali asuransi jiwa syariah, menunjukkan peningkatan jika dibandingkan posisi Desember tahun 2020. Terdapat kenaikan pada indikator pendapatan premi/kontribusi, yaitu asuransi jiwa konvensional mengalami kenaikan sebesar 110,62 persen, asuransi umum konvensional sebesar 126,77 persen dan asuransi umum syariah sebesar 80,58 persen dengan jumlah keseluruhan naik sebesar 107,34 persen atau Rp 417,62 Miliar.

Untuk pengajuan klaim atau manfaat menurun sebesar 29,13 persen atau turun Rp100,43 milyar secara year on year (yoy).

Untuk Dana pensiun, secara year on year mengalami peningkatan aset sebesar Rp7,91 Miliar (5,23 persen) dari posisi Juni 2020 sebesar Rp151,18 Miliar menjadi Rp159,09 Milyar di Juni 2021. Sejalan dengan peningkatan aset, investasi dana pensiun di Provinsi Lampung pun mengalami peningkatan sebesar Rp 1,65 Milyar atau menjadi Rp 149,75 Miliar dari posisi Juni 2020 sebesar Rp148,10 Miliar atau naik 1,11 persen.

Per Juni 2021, jumlah Perusahaan Modal Ventura yang telah mendapatkan izin OJK sebanyak 60 perusahaan, 1 di antaranya berkantor pusat di Provinsi Lampung. Total aset Perusahaan Modal Ventura yang berkantor pusat di Lampung mengalami peningkatan sebesar 7,36 persen secara year on year atau meningkat sebesar Rp4,22 Milyar. Posisi Juni 2021, penyaluran pembiayaan/penyertaan dari seluruh perusahaan modal ventura di Lampung senilai Rp288,61 milyar dan NPF sebesar 16,10 persen.

Kinerja Industri Fintech Peer to Peer Lending dan Pasar Modal untuk industri layanan pinjam meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (Fintech Peer to Peer Lending) untuk posisi Juni 2021 terdapat 124 perusahaan yang berizin/terdaftar di OJK (115 Konvensional, 9 Syariah dan salah satu perusahaan fintech P2P Lending berkantor pusat di Provinsi Lampung.

Secara YtD (Year to Date) pada posisi Juni 2021, Fintech P2P Lending di Provinsi Lampung mengalami trend yang positif, yaitu jumlah akumulasi rekening Lender meningkat 23,30 persen, jumlah akumulasi rekening Borrower meningkat 34,93 persen, jumlah akumulasi transaksi Lender meningkat 91,18 persen, jumlah akumulasi transaksi Borrower meningkat 74,26 persen. Outstanding pinjaman posisi Juni 2021 sebesar Rp338,09 Miliar meningkat 57,65 persen dibandingkan posisi Desember 2020 sebesar Rp214,46 Miliar. Dari sisi asset, terdapat peningkatan sebesar 17,30 persen.

Selanjutnya, pada sektor pasar modal, posisi Juni 2021, transaksi efek tahunan sebesar Rp1.631 Milyar, meningkat dibandingkan posisi Desember 2020 yang sebesar Ro1.161 Milyar. Untuk jumlah investor di Lampung, posisi Juni 2021 sebanya 112.832 Investor, bertambah sebanyak 46.173 Investor (69,27 persen) dibandingkan posisi Desember 2020 (66.659 Investor). (Rls)

Facebook Comments Box
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ekonomi dan Bisnis

Inflasi Provinsi Lampung Terkendali Sepanjang Tahun 2024

Published

on

Alteripost Lampung – Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Lampung pada bulan Desember 2024 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,47% (mtm), lebih tinggi dibandingkan periode November 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,42% (mtm).

Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang tercatat inflasi sebesar 0,44% (mtm) dan dibandingkan dengan rata rata tingkat perkembangan IHK di Provinsi Lampung pada bulan Desember dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,37% (mtm). Secara tahunan, IHK di Provinsi Lampung pada bulan Desember 2024 mengalami inflasi 1,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1,50% (yoy), dan sebanding dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,57% (yoy).

Dilihat dari sumbernya, inflasi terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok makanan dan minuman. Komoditas utama penyumbang inflasi tertinggi adalah cabai merah, bawang merah, telur ayam ras, cabai rawit dan terong dengan andil masing masing sebesar 0,12%; 0,08%; 0,05%; 0,05%; dan 0,04% (mtm).

Peningkatan harga cabai merah dan cabai rawit disebabkan oleh terbatasnya pasokan di musim hujan di tengah belum masuknya musim panen. Kenaikan harga telur ayam ras didorong oleh peningkatan permintaan dan harga pakan ternak. Lebih lanjut, harga terong juga tercatat meningkat seiring dengan tingginya intensitas hujan yang menyebabkan terbatasnya pasokan.

Adapun dampak cuaca tersebut sejalan dengan prakiraan BMKG bahwa mayoritas wilayah di Provinsi Lampung menghadapi intensitas hujan menengah-tinggi pada bulan Desember 2024. Secara umum, peningkatan seluruh komoditas tersebut turut didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas pokok dalam rangka perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru 2024/2025.

Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi pada Desember 2024 tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami deflasi, terutama buah naga, susu cair kemasan, beras, kacang panjang, serta bahan bakar rumah tangga dengan andil masing-masing sebesar -0,02%; -0,01%; -0,01%; -0,01%; dan – 0,01% (mtm).Penurunan harga komoditas makanan (buah naga, susu cair kemasan, beras dan kacang panjang) umumnya disebabkan oleh terjaganya pasokan baik di level petani/produsen di tengah kondisi iklim basah.

Lebih lanjut, melambatnya harga bahan bakar rumah tangga sejalan dengan tren melambatnya harga gas (crude oil WTI) di tingkat dunia pada akhir tahun 2024.

Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan bahwa inflasi IHK di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1% (yoy) hingga tahun 2025. Namun, diperlukan upaya mitigasi risiko risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti (Core Inflation) berupa peningkatan permintaan agregat sebagai dampak dari meningkatnya UMP tahun 2025 sebesar 6,5%.

Selanjutnya dari sisi Inflasi makanan yang bergejolak (Volatile Food) adalah
(i) peningkatan harga beras di awal tahun menjelang periode panen pada bulan Maret mendatang dan (ii) tingginya intensitas hujan pada triwulan I 2025 yang berpotensi menghambat panen komoditas hortikultura.

Adapun risiko dari Inflasi harga yang diatur pemerintah (Administered Price) yang perlu mendapat perhatian di antaranya yaitu melambatnya harga tiket angkutan udara sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Meninjau perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia dan TPID Provinsi Lampung akan terus melanjutkan upaya menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K.

Keterjangkauan Harga
a. Melakukan operasi pasar beras/SPHP secara terarah dan targeted.
b. Melakukan monitoring harga dan pasokan, khususnya pada komoditas yang berisiko mengalami kenaikan harga seperti beras, daging dan telur ayam ras, serta aneka cabai.
Ketersediaan Pasokan
a. Perluasan Implementasi Toko Pengendalian Inflasi di seluruh wilayah IHK/Non-IHK.
b. Penguatan kerja sama antar daerah (KAD) untuk komoditas defisit dan berisiko defisit dengan wilayah sentra produksi.
Kelancaran Distribusi
a. Penguatan kapasitas transportasi dengan penambahan volume dan rute penerbangan.
b. Penguatan implementasi Mobil TOP (Transportasi Operasi Pasar) dalam menjaga kelancaran operasi pasar.
Komunikasi efektif
a. Melakukan rapat koordinasi rutin mingguan di setiap Kabupaten/Kota dalam rangka menjaga awareness terkait dinamika harga dan pasokan terkini.
b. Memperkuat sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat dalam melakukan kampanye perilaku berbelanja bijak. (rls).

Facebook Comments Box
Continue Reading